Pembelajaran
merupakan proses Ilmiah. Pendekatan ilmiah diyakini sebagai titian emas
perkembangan dan pengembangan sikap, keterampilan, dan pengetahuan peserta
didik. Penerapan pendekatan saintifik dalam pembelajaran melibatkan
keterampilan proses seperti mengamati, mengklasifikasi, mengukur, meramalkan,
menjelaskan dan menyimpulkan. Dalam melaksanakan proses-proses tersebut,
bantuan guru diperlukan. Akan tetapi bantuan guru tersebut harus semakin
berkurang dengan semakin bertambah dewasanya siswa atau semakin tingginya kelas
siswa.
Carin and Sund (dalam Daryanto, 2014:52)
metode saintifik sangat relevan dengan tiga teori belajar yaitu teori Bruner,
teori Piaget, dan teori Vygotsky. Teori belajar Bruner disebut juga teori
belajar penemuan. Ada 4 hal pokok berkaitan dengan teori belajar Bruner,
menurut Carin and Sund (dalam Daryanto, 2014:52). Pertama, individu hanya
belajar dan mengembangkan pikirannya apabila ia menggunakan pikirannya. Kedua,
dengan melakukan proses-proses kognitif dalam proses penemuan, siswa akan
memperoleh sensasi dan kepuasan intelektual yang merupakan suatu penghargaan
intrinsik. Ketiga, satu-satunya cara agar seseorang dapat mempelajari
teknik-teknik dalam menemukan penemuan adalah ia memiliki kesempatan untuk
melakukan penemuan. Keempat, dengan melakukan penemuan maka akan memperkuat
retensi ingatan. Empat hal diatas adalah bersesuaian dengan proses kognitif
yang diperlukan dalam pembelajaran menggunakan metode saintifik.
Teori Piaget, menyatakan bahwa belajar
berkaitan dengan pembentukan dan pengembangan skema (jamak skemata). Skema
adalah suatu struktur mental atau struktur kognitif yang dengannya seseorang
secara intelektual beradaptasi dan mengkoordinasi lingkungan sekitarnya,
menurut Baldwin (dalam Daryanto, 2014:52). Skema tidak pernah berhenti berubah,
skemata seorang anak akan berkembang menjadi skemata orang dewasa. Proses yang
menyebabkan terjadinya perubahan skemata disebut dengan adaptasi. Proses
terbentuknya adaptasi ini dapat dilakukan dengan dua cara yaitu asimilasi dan akomodasi.
Asimilasi merupakan proses kognitif yang dengannya seseorang mengintrograsikan
stimulus yang dapat berupa persepsi, konsep, hukum, prinsip, ataupun pengalaman
baru ke dalam skema yang sudah ada didalam pikirannya. Akomodasi dapat berupa
pembentukan skema baru yang dapat cocok dengan ciri-ciri rangsangan yang ada
atau memodifikasi skema yang telah ada sehingga cocok dengan ciri-ciri stimulur
yang ada. Dalam pembelajaran diperlukan adanya penyeimbangan atau ekuilibrasi
antara asimilasi dan akomodasi.
Vygostky, dalam teorinya menyatakan bahwa
pembelajaran terjadi apabila peserta didik bekerja atau belajar menangani
tugas-tugas yang belum dipelajari namun tugas-tugas itu masih berada dalam
jangkauan kemampuan atau tugas itu berada dalam zone of proximal development daerah terletak antara tingkat
perkembangan anak saat ini yang didefinisikan sebagai kemampuan pemecahan
masalah dibawah bimbingan orang dewasa atau teman sebaya yang lebih mampu.
Menurut Daryanto (2014:53) pembelajaran dengan
metode saintifik memiliki karakteristik sebagai berikut:
1. Berpusat
pada siswa.
2. Melibatkan
keterampilan proses sains dalam mengkontruksi konsep, hukum atau prinsip.
3. Melibatkan
proses-proses kognitif yang potensial dalam merangsang perkembangan intelek,
khususnya keterampilan berfikir tingakat tinggi siswa.
4. Dapat
mengembangkan karakter siswa.
Gambar Pendekatan Induktif dan Deduktif |
Menurut Daryanto (2014:55) dalam penalaran atau proses kerja yang memenuhi kriteria ilmiah, para ilmuan lebih mengedepankan penalaran induktif (inductive reasoning) ketimbang penalaran deduktif (deductive reasoning). Penalaran induktif memandang fenomena atau situasi spesifik untuk kemudian menarik simpulan secara keseluruhan. Penalaran induktif menempatkan bukti-bukti spesifik ke dalam relasi idea yang lebih luas. Penalaran deduktif melihat fenomena umum untuk kemudian menarik simpulan yang spesifik. Metode ilmiah umumnya menempatkan fenomena unik dengan kajian spesifik dan detail untuk kemudian merumuskan simpulan umum.
Metode Ilmiah (Pendekatan Scientific) merujuk pada teknik-teknik
investigasi atas fenomena atau gejala, memperoleh pengetahuan baru, atau
mengoreksi dan memadukan pengetahuan sebelumnya. Untuk dapat disebut ilmiah, metode
pencarian (method of inquiry) harus berbasis pada bukti-bukti dari objek
yang dapat diobservasi, empiris, dan terukur dengan prinsip-prinsip penalaran
yang spesifik. Karena itu metode ilmiah umumnya memuat serial aktivitas
pengoleksian data melalui observasi dan ekperimen, mengolah informasi atau
data, menganalisis, kemudian memformulasi dan menguji hipotesis (Daryanto,
2014:55).
Sumber :
Daryanto. 2014. Pendekatan Pembelajaran Saintifik Kurikulum
2013. Yogyakarta: Gava Media